DZIKIR ANTARA HATI DAN LISAN
Dzikir merupakan ibadah hati
dan lisan, yang tidak mengenal batasan waktu. Bahkan Allah menyifati ulil
albab, adalah mereka-mereka yang senantiasa menyebut Rabnya, baik dalam keadaan
berdiri, duduk bahkan juga berbaring. Oleh karenanya dzikir bukan hanya ibadah
yang bersifat lisaniah, namun juga qolbiah. Imam Nawawi menyatakan bahwa yang
afdhal adalah dilakukan bersamaan di lisan dan di hati. Sekiranyapun harus
salah satunya, maka dzikir hatilah yang lebih afdhal. Meskipun demikian,
menghadirkan maknanya dalam hati, memahami maksudnya merupakan suatu hal yang
harus diupayakan dalam dzikir. Imam Nawawi menyatakan:
Dalam Wajibatul Akh No.26:
“Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi oleh Allah Taala. Mengingat
akhirat, dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk
menuju ridha Allah Taala. Dengan tekad yang kuat, mendekatkan diri kepada-Nya
dengan ibadah sunnah seperti qiyamul lail, puasa tiga hari minimal setiap
bulan, memperbanyak zikir dan berusaha mengamalkan do’a yang diajarkan pada
setiap kesempatan”.(Risalatul Ta’lim, Hasan Al-Banna)
Selain shalat sebagai sarana utama berzikir kepada
Allah, terdapat banyak cara berzikir yang lain dengan bacaan-bacaan yang sudah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terdapat berbagai macam zikir yang sebaiknya
dibaca setelah shalat dan bahkan di setiap waktu, keadaan, kegiatan selalu ada
zikirnya. Maka setiap kader seyogianya bahkan harus mampu mengamalkan
zikir-zikir tersebut.
Tidak ada alasan bahwa sulit menemukan bentuk-bentuk
dan cara zikir, karena telah terdapat banyak buku yang dapat dibaca, baik yang
masih berbahasa Arab maupun yang telah diterjemahkan. Namun demikian seorang
kader, khususnya di bidang hadits atau bahasa Arab harus dapat menanyakan
orisinalitas zikir tersebut atau maknanya, sehingga tidak terjebak kepada
zikir-zikir yang tidak ma’tsur atau
memiliki makna yang bertentangan dengan tauhid ahlussunnah wal jama’ah. Agar
seorang akh dapat mengerjakan zikir secara rutin, dapat memberikan
berkah dan mengerjakan dengan penuh keikhlasan, maka perlu difahamkan akan:
Dalil-dalil tentang berzikir, fadhilah berzikir, adab berzikir. Macam-macam
zikir, cara membiasakan diri agar mencintai zikir dan melakukan zikir. Ancaman
bagi yang tidak pernah berzikir dan contoh-contoh dalam berzikir.
Dzikir merambah aspek yang luas
dalam diri insan. Karena dengan dzikir, seseorang pada hakekatnya sedang
berhubungan dengan Allah. Dzikir juga merupakan makanan pokok bagi hati setiap
mu’min, yang jika dilupakan maka hati insan akan berubah menjadi kuburan.
Dzikir juga diibaratkan seperti bangunan-bangunan suatu negri; yang tanpa
dzikir, seolah sebuah negri hancur porak poranda bangunannya. Dzikir juga
merupakan senjata bagi musafir untuk menumpas para perompak jalanan. Dzikirpun
merupakan alat yang handal untuk memadamkan kobaran api yang membakar dan
membumi hanguskan rumah insan. Demikianlah diungkapkan dalam "Tahdzib
Madarijis Salikin".
Rasulullah SAW juga pernah
menggambarkan perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah seperti orang yang
hidup, sementara orang yang tidak berdzikir kepada Allah sebagai orang yang
mati:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar